Rabu, 12 Maret 2008

How does it like to become an exchange student?

(Heru AFS-YES 2004-2005)

Hal utama yang saya pelajari sewaktu dan setelah menjadi siswa pertukaran pelajar a.k.a exchange student adalah bagaimana kita bisa memberikan kontribusi dalam bentuk apapun bagi perdamaian dunia. Terkesan besar memang. Tetapi semangat untuk perdamaian ini dilandasi sebuah proverb-pepatahnya- dunia barat bahwa: "Everyone can make a change!"

Bentuk kontribusi paling sederhana adalah dengan menjalin hubungan yang positif dengan banyak orang dari berbagai latar belakang kebangsaan. Friendship ternyata memang menguntungkan para teman yang terlibat di dalamnya, tetapi tidak hanya berhenti disana. Hubungan pertemanan ini ternyata juga mempengaruhi hubungan 'pertemanan' yang skop-nya lebih besar; negara. Mengapa?

Basically, setiap exchange student biasanya lebih paham terhadap budaya negara yang ditempatinya karena selama periode tertentu, kita harus bertindak mengikuti kebudayaan negara setempat. Hal-hal yang selama ini tidak kita temukan di media massa, dapat kita alami secara langsung di negara lain. Contohnya, cerita Aufanuha sewaktu homecoming di sekolahnya. Homecoming sendiri merpakan acara pertandingan olah raga SMA di Amerika dimana sekolah menjadi 'tuan rumah' pertandingan (american football, basketball, baseball) untuk pertama kalinya dalam musim pertandingan tahun tertentu (american football dilakukan selama musim gugur, basketball dilakukan biasanya pada akhir musim gugur sampai musim dingin). Istimewanya acara homecoming adalah selain pertandingan 'kandang' pertama, juga dilakukan pesta dansa (bukan seperti pesta dansa Cinderella ;) ) dimana siswa-siswa yang datang harus memiliki date untuk bisa datang. Ini bukan kewajiban tetapi tradisi yang sangat kuat.

Tidak hanya budaya orang lain. Kita juga menjadi lebih paham dengan budaya dan identitas kita sendiri. Hal ini terjadi seiring banyaknya pertanyaan dari teman-teman kita di sekolah tentang identitas kita. Disini saya, personally, sampai pada titik yang membuat saya bertanya,"Apakah saya sudah menjadi orang Indonesia yang baik, apa belum ya?" Kadang-kadang kita tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana yang diajukan teman-teman seperti,"Why are you not eating for 13 hours a day for a straight one month?" Kadang-kadang kita melakukan sesuatu hanya based on tradition, bukan keinginan dan keyakinan sendiri. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya sadar bahwa kita harus menggali identitas kita sendiri. Pertanyaan para remaja (wah, lagaknya udah tua bgt nih) tentang 'identitas'nya memang pantas terjadi. Dan bagi saya pengalaman satu tahun menjadi exchange student sangat cukup untuk mendatangkan jawaban yang komprehensif atas pertanyaan-pertanyaan itu.

Jadi sejauh ini ada dua pelajaran besar yang dapat saya gali: mengetahui lebih baik budaya negara lain, dan menjadikan saya lebih mengenal diri sendiri.

Ternyata hal ini tidak hanya berakhir disitu saja. Masih banyak hal-hal lain yang menjadi BONUS selama saya menjadi exchange student.

Salah satunya adalah mendapatkan tantangan untuk menjadi representatif dari negara saya sendiri, Indonesia. Ibaratnya menjadi "diplomat" atau "young ambassador" di level rakyat Amerika Serikat secara langsung. Jadi kalau tugas diplomat Indonesia berkutat dengan elite politik dari negara, sebagai exchange student kita berinteraksi langsung dengan rakyat bawah. Hal ini kemudian menimbulkan persepsi general masyarakat tentang Indonesia melalui apa yang mereka lihat dari diri seorang exchange student (huee....k)
Ya begitu, intinya pepatah "Don't judge the book by its cover" memang benar dalam artian untuk menciptakan persepsi yang benar tentang seseorang kita harus berinteraksi dan mengenal mereka secara langsung.

Selain itu, setiap exchange student mendapatkan dua hal lain (dua hal ini yang biasanya diketahui orang banyak) yaitu: keluarga di tempat lain di dunia; saya mendapatkan dua keluarga di Alabama hehehe, dan kesempatan untuk TRAVELING hehehe (perjalanan kesana aja udah jauh banget, apalagi dapat kesempatan jalan-jalan ke beberapa tempat di negara tempat kita menjadi exchange student (hosted country).

Pengalaman satu tahun pada dasarnya sangat mustahil untuk dituangkan dalam blog singkat ini dan juga "Everone experienced differently"

Tapi yang jelas, kalau saya ditawari untuk menjadi exchange student lagi (di level mahasiswa) saya tidak akan pernah menolak karena saya yakin pengalaman apapun sebagai exchange student sangat sangat sangat positif nilainya ;)

1 komentar:

TAHUSUSUR mengatakan...

Enak ya ikut exchange student.. Jadi pengen, kemarin aku udah ikut test seleksi chapter jogja, tapi kalo liat pesertanya banyak gitu rasanya sangat puas bisa ngalahin ratusan siswa se jogja. Jujur, kemarin soal pengetahuan umum aku udah meres pikiran (biarpun hasilnya bakalan ancur ^_^), b.Ingris alhamdulillah 1-2soal saya bisa jamin (yg lain nya ancur). Aku ga bisa jamin bisa lolos, saingannya anak teladan, 3bhe, 8yk seh, aku cuma SMA 1 bantul