Minggu, 09 Maret 2008

Story from Overseas

Drama at Homecoming

(Aufanuha- YES 2007-2008)

Jadi aku, yang bukan siapa-siapa ini, akhirnya mengajak seseorang untuk jadi date pas homecoming winter dance. Dimulai pada suatu pagi. Di lorong sekolah yang biasanya penuh bak stadium sepakbola lima menit sebelum pertandingan, aku bertemu Val. Chat, tanya ini dan itu, dan akhirnya keluarlah kalimat bernada persuasi tersebut: “Do you want to be my date at homecoming dance?”.

Tak disangka, tak dinyana, Val mengiyakan. Dan kami berpelukan, seperti teletubies, meski hanya sebentar.

Akhirnya malam itu datanglah. Kebetulan acaranya setelah pertandingan bola basket. Jadi ada waktu sejenak buat hang-out dengan teman-teman yang lainnya.

Dan Val datang. Aku bertanya lagi: “Kamu masih jadi date-ku kan?”

“Ya, mungkin nanti aku dansa sama kamu….,” kata Val. Dan dalam konteks kali ini, kalimat itu diucapkan dengan nada sarkastik dan melukai.

Sebenernya sakit, tapi ya, mau gimana lagi…..

Selama satu setengah jam itu, aku harus mati-matian melawan “awkwardness” yang menyelimuti hati: seperti melihat Val dansa dengan orang lain atau bingung mesti ngomong apa. Akhirnya aku keluar dari gym, nyari teman ngobrol. Nah, waktu itu, sempat ketemu Amanda wa akhowatuha (dan teman-teman ceweknya), termasuk juga Amber.

[Sekedar untuk diketahui dari apa yang belum diketahui, si Amber ini pernah dansa sama Kangmas Aufa pas homecoming fall, dan dia ga’ sekolah di Eastwood, jadi begitu ketemu dengannya, Kangmas Aufa langsung menyapa: “Hey! Amber, right? It has been a long while since we met at homecoming fall.”]

Dan aku ngobrol, bercanda, juga dansa dengan Amber. Parahnya, selama itu, Val beberapa kali melihat kami berduaan. Ini situasi canggung yang kedua kalinya. Tapi ya gitu, dasar Kangmas Aufa, jadi cuek aja, pura-pura ga’ ngelihat kalau Val lagi jalan dekat kami.

Kayak lagunya Westlife:

“……
then we dance
then we sing
and we laugh all night
//uh the bop bop baby please,
don’t let me go….”

Sungguh pengalaman yang bisa bikin aku bengong beberapa saat, melongo, sambil bilang: “It was awesome!”.

Hari minggu malam seninnya, aku bingung sendiri, masalahnya besok di sekolah pasti ketemu Val dan ga’ tau mesti ngomong apa di kelas (kami sekelas di Theatre Art). Dan ini memaksaku menyusun kata-kata, apa yang mesti kubilang?

Esok harinya, ku-stop Val di lorong sekolah, sambil bilang: “Can I speak with you for a second?”

“I’m sorry. Just forget whatever that was happening at homecoming dance. I shouldn’t ask you to be my date on that dance; I didn’t know that you can’t handle it. I’m sorry…..”

“Oh, that’s fine. I’m okay. Just let you know that I often do that kinda stuff,” kata Val.

Dalam hati aku sebenarnya ingin teriak: “WHAT???”. Tapi yang keluar malah: “Well, thanks for your understanding. So, are we still friend?”

“Are you kidding? We are friends!”

Lalu kami berjabat tangan, seperti pengacara dengan kliennya. Hahaha, dan entah kenapa aku merasa aneh setelah memposting cerita ini.
Aufannuha Ihsani


So itu mungkin sekelumit pengalaman yang dirasakan siswa AFS yang ON program.

Lesson learned: always be friendly to anyone because friendship network last forever (moderator) ;)

Tidak ada komentar: